Senin, 05 September 2011

Hasil Bumi Aceh Tengah dikuras

FRIDAY, 19 AUGUST 2011 11:01

TAKENGON - Sejumlah perusahaan pertambangan nasional dan pribadi mulai memburu dan menguras hasil perut bumi Aceh Tengah. Bahan tambang bernilai tinggi, khususnya logam mulia emas bersama tembaga, timah, bahan mineral serta lainnya terus diburu di hutan dingin Gayo dengan bentangan seluas 250,56 hektar.

Ironinya, tidak ada tenaga kerja lokal untuk operasional perusahaan tersebut. Selain tambang emas dan mineral pengikutnya (dmp), pada beberapa kawasan hutan juga beroperasi tambang tembaga, timah dan tambang batuan. Hal itu diungkapkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah, Bardan Sahidi hari ini.

Dia mengatakan, sebanyak 16 perusahaan pertambangan dan enam izin perorangan sedangn melakukan penambangan mineral pada sejumlah hutan dengan luas lahan mencapai 250,56 hektare. Disebutkan, perusahaan itu telah mendapat izin usaha pertambangan (IUP) sejak 2009, namun, sebagian besar belum menyampaikan laporan triwulan dan laporan tahunan tentang kemajuan usaha eksplorasinya.

Bardan mengatakan 16 perusahaan pertambangan tersebut tersebar pada delapan kecamatan di Kabupaten Aceh Tengah, dan lahan terlebar digunakan oleh PT Linge Mineral Resources di Kecamatan Linge dan Bintang seluas 98,143 hektar. Disusul PT Takengon Mineral Resources di Kecamatan Ketol seluas 26 hektare dan PT Nanggroe Kuchi Puega 2 di Kecamatan Rusip Antara seluas 10 hektar.

Sementara perusahaan pertambangan lainnya menggunakan lahan hutan di bawah 10 hektar. Usaha perorangan penambangan batu milik Martis di Kecamatan Atu Lintang sudah berakhir IUP sejak bulan Agustus 2011. Bardan Sahidi mengatakan, operasional perusahaan pertambangan harus diawasi oleh Pemkab Aceh Tengah sehingga tidak merusak lingkungan (ekosistem) suatu kawasan hutan, dan tidak sembarangan memberikan IUP kepada perusahaan pertambangan.

Pemkab Aceh Tengah juga harus menggenjot perusahaan tambang yang sudah beroperasi untuk melunasi pajak dan restribusi kepada daerah. Dari pengamatan sehari-hari, katanya, belum ada warga Aceh Tengah yang dipekerjakan pada perusahaan tambang tersebut, sehingga belum memberikan dampak langsung pada kemakmuran rakyat daerah ini. “Saya meminta perusahaan tambang tersebut melibatkan masyarakat sebagai tenaga kerja lokal,” pinta Bardan Sahidi.

Dikatakan, sebagian besar perusahaan pertambangan di Aceh Tengah itu anak perusahaan Media Group Jakarta dan anak perusahaan tambang Kanada, East Asia Mineral Coorporations. Beberapa tahun lalu, anak perusahaan East Asia Mineral Coorporations telah melakukan pengeboran pada beberapa titik di hutan Kampung Lumut, Kecamatan Linge.

Sumber Waspada.co.id

Jumat, 19 Agustus 2011

Taman Buru Linge Takengon Telantar

Rabu, 10 Agustus 2011 09:05

TAKENGON - Taman buru Linge yang terletak di Kecamatan Linge dan Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, kini terbengkalai. Taman Buru terluas di Indonesia itu tidak jelas lembaga yang berkewajiban menangani operasionalnya. Sehingga taman tersebut kini telah telantar.

Anggota DPD-RI asal Aceh, Ir Mursyid, Selasa (9/8) mengatakan, Taman Buru Linge merupakan taman buru terluas di negeri ini dengan luas kawasan 80.000 hektare lebih, di samping hidup sejumlah satwa langka yang dilindungi, taman buru ini juga banyak ditumbuhi hutan pinus dan berbagai jenis pohon langka. Sejak ditetapkan oleh Departemen Kehutanan RI tahun 1978 lalu, Taman Buru Linge tidak terurus bahkan terbengkalai. Dalam operasional sehari-hari, tidak ada koordinasi antara Pemerintah Aceh dengan Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah sementara lembaga yang mengelola Taman Buru Linge juga tak jelas. Sehari-hari, tidak pernah terlihat ada petugas yang menjaganya.

Disebutkan, dalam Undang-Undang Kehutanan, Taman Buru Linge termasuk bagian dari hutan konservasi yang status hukum dan pengelolaannya sama dengan hutan lindung. “Banyak investor luar yang ingin menanamkan modalnya untuk pengelolaan Taman Buru Linge, namun, mereka tidak tahu berurusan dengan lembaga mana,”ujar Ir Mursyid mempertanyakan.(min)

Sumber Waspada.co.id

Hutan Danau Laut Tawar memprihatinkan

WEDNESDAY, 10 AUGUST 2011 11:47

BANDA ACEH - Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah meminta masyarakat berperan aktif menyelamatkan kawasan hutan, khususnya sekitar objek wisata Danau Laut Tawar.

"Menjaga ekosistem alam agar tetap seimbang, maka perlu keterlibatan aktif dari seluruh elemen masyarakat, seperti warga yang berdomisili di kawasan Danau Laut Tawar ini," kata Bupati Aceh Tengah, Nasaruddin, siang ini.

Dia mengajak masyarakat, terutama sekitar Danau Laut Tawar untuk menghindari dan mencegah jangan sampai kawasan hutan terbakar.

"Kerusakan hutan akibat pembakaran di sekitar danau sangat memprihatinkan, bila terus-menerus dibiarkan maka keseimbangan alam akan terganggu dan akhirnya merugikan warga yang sehari-hari hidup dan mencari rezeki dari danau," katanya.

Saat bersilaturrahmi di Kampung (desa) Toweren Kecamatan Laut Tawar, bupati meminta masyarakat secara sukarela ikut membantu jangan sampai ada pihak yang sengaja membakar kawasan hutan atau semak-semak, terutama musim kemarau.

"Saya prihatin dengan maraknya kebakaran hutan di sekitar Danau Laut Tawar yang merupakan salah satu objek wisata andalan daerah ini," ujar bupati.

Mayoritas masyarakat yang berdomisili sekitar danau itu bermata pencarian sebagai nelayan dan petani.

"Masyarakat tentunya berupaya menjaga agar tanah tetap subur.Jika kesuburan tetap terjaga hasil tanaman pertanian akan lebih baik," katanya.

Karena itu, salah satu menjaga tanah tetap subur dan air tersedia cukup untuk mengairi areal pertanian penduduk maka melalui pengamanan kawasan hutan sekitar Danau Laut Tawar agar tidak terbakar.

Sumber Waspada.co.id

Senin, 15 Agustus 2011

Hutan Aceh Tengah musnah jadi Arang

FRIDAY, 05 AUGUST 2011 18:19

TAKENGON - Kebakaran hutan di Aceh Tengah, belum berakhir, setelah sebelumnya amukan api menghanguskan pohon pinus di sebagian pegunungan (bur) pingiran Laut Tawar dan Kecamatan Pegasing serta Bies. Kini giliran bur di Kecamatan Celala di serang api. Diperkirakan puluhan hektar kayu hutan lindung di sana musnah menjadi arang.

Lokasi kebakaran hutan terjadi dipinggiran jalan utama dari dan ke menuju Kabupaten Nagan Raya, tepat di antara Kampung Paya Kolak hingga mendekati Tanoh Depet.

Namun titik kebakaran juga mulai terlihat sejak perkampungan berdekatan dengan ibukota kabupaten di Aceh Tengah, seperti mulai dari Kampung Kuyun menuju Kecamatan Celala hingga Tanoh Depet. Sulutan api terlihat di beberapa titik di sepanjang jalan tersebut.

Kendati kebakaran sebagian hutan lindung yang berdekatan dengan perkebunan kopi warga disana telah padam. Namun kepulan asap sisa kebakaran masih terlihat. Ada juga terlihat sulutan api baru yang sedang melahap kayu hutan disana.

Beberapa warga di daerah yang berjarak sekitar 40 kilometer ke arah selatan dari ibukota kabupaten ini engan bercerita terkait terjadinya kebakaran hutan di daerah itu. “Saya nggak tahu, coba tanya orang lain saja. Kenapa dan kapan api mulai menyulut hutan,” ucap seorang warga, tadi sore.

Camat Celala Mursalin, untuk mengatasi menjalarnya jilatan api, pihaknya masih mengalami kekurangan personil. ”Kami masih kekurangan petugas baik upes atau pun Polhut dari Dinas Kehutanan Aceh Tengah, sementara hutan cukup luas disini,” katanya.

Sebelumnya, Kadis Kehutanan Aceh Tengah, Syahrial, menyebutkan akhir Juli hingga awal Ramadhan ini di Takengen Aceh Tengah telah terjadi kebakaran hutan pinus seperti di bur Nosar, bur Toweren, bur Gayo, dan bur Gajah di bur iringan Pegasing. Diperkirakan amukan api menghabiskan seluas 200 hektar.

“Kami telah menurunkan personil baik upes, Polhut di bantu masyarakat, TNI dan armada pemadam kebakaran untuk memadamkan api. Hali ini kami lakukan supaya amukan api tidak merambat ke daerah lokasi lain,” kata Syahrial.

Sumber Waspada.co.id

Hutan Pinus Aceh Tengah Punah

WEDNESDAY, 03 AUGUST 2011 16:48

TAKENGON - Amukan si jago merah bagai tak mau reda melahap lahan hutan pinus di sebagian tempat di pegunungan Aceh Tengah. Lagi, seluas 25 hektar pinus raib menjadi arang di Bur Nosar, kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah.

Sebelumnya pada Juli lalu, api telah menghanguskan 100 hektar hutan lindung di Bur (gunung) Gayo dan Bur Toweren. Namun berselang beberapa hari, amukan api yang sempat padam di Bur Gajah, kemudian kembali berkobar meratakan 67 hektar lahan pinus hasil budidaya warga di Pegasing.

Dari informasi yang dihimpun, warga kampung Nosar, menyebutkan sulutan api mulai terlihat sejak Jumat (29/7). Namun mereka mengaku tidak mengetahui dari mana sumber api.

“Ya, sudah beberpa hari ini kebakaran terjadi, kendati api telah padam. Namun seperti yang kita lihat, kepulan asap masih mewarnai daerah ini hingga sampai di perkampungan sebelah,” kata Anas, warga setempat, tadi sore.

Kadis Kehutanan Aceh Tengah, Syahrial, menyebutkan akibat kebakaran hutan, sebanyak 25 hektar pinus telah musnah di Nosar.

“Ya, kebakaran hutan pinus terjadi bertubi-tubi dari Juli hingga awal Ramadhan. Dampaknya bukan saja hutan menjadi tandus. Namun, berbagai hewan, dan biota yang ada di dalamnya di perkirakan telah musnah,” ujar Syahrial.

Menurutnya, hutan pinus yang berada di rendengan gunung yang ada di dekat Danau Laut Tawar ini, semula selain menjadi daerah tangkapan air juga berfungsi menahan reruntuhan batu dari atas gunung.

“Hutan pinus juga merupakan sumber utama penyedia pupuk alami yang bermanfaat bagi kesuburan tanah. Karena selama ini di sekitar wilayah pegunungan terdapat perkebunan dan lahan pertanian milik warga,”jelasnya.

Dikatakannya, dalam kebakaran di Nosar, petugas bersama masyarakat dan Koramil telah bahu-membahu memadamkan kobaran api agar tidak merambat ke daerah lain.

“Kendati gunung kebakar, namun sumber api di Nosar merupakan titik baru. ”Artinya, tidak ada kaitannya dengan kebakaran sebelumnya, yang terjadi di Bur Gayo dan Toweren. Kami perkirakan ada yang sengaja menyulut api, hal ini masih membutuhkan proses untuk membuktikan siapa pelakunya,” kata syahrial.

Dalam kejadian itu juga tambah Syahrial, ada sejumlah armada pemadam yang di terjunkan untuk mengamankan pemukiman warga. ”Untuk mencegah terjadinya hal tak terduga, kami menurunkan armada pemadam kebakaran. Karena rumah warga sebagian ada yang dekat dengan titik api. Syukurlah, sampai api di Bur Nosar padam, rumah warga tidak ada yeng terkena amukan,” katanya.

Sumber Waspada.co.id

Rabu, 10 Agustus 2011

Gunung Bur Gayo Terbakar

Warga Panik, Petugas Sulit Tembus Lokasi
Selasa, 19 Juli 2011 | 07:41

TAKENGON–Kawasan pengunungan Bur Gayo, Kampung Bujang Bale Hakim, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah terbakar, Senin (18/7) sekira pukul 10.30 WIB. Informasi diperoleh, terbakarnya wilayah tersebut karena warga yang sembarangan membuang puntung rokok. Malah dikhawatirkan rambatan api akan mengancam ke pemukiman warga. Pasalnya, setelah dilakukan pemadaman, namun api tak jua bisa dijinakkan.

Apalagi wilayah pengunungan Bur Gayo merupakan areal yang sulit ditembus atau terjangkau oleh petugas pemadam kebakaran. Dedek, warga kampung One-One, kepada Rakyat Aceh mengatakan, sebelum kebakaran diketahui sekira pukul 10.00 WWIB warga melihat asap tebal yang keluar dari kawasan pengunungan Bur Gayo.

Api dengan cepat membesar sehingga menimbulkan kepanikan warga. Ditambah lagi saat ini memasuki musim kemarau dan berakibat cepatnya areal tersebut disulut api. “Kami tidak bisa berbuat apa-apa untuk memadamkan api yang terus membesar, karena lokasi tersebut sangat sulit dilalui dengan jurang dengan kondisi tebing yang tinggi," kata Dedek.

Keterangan lain dihimpun wartawan koran ini, bahwa lokasi objek wisata Bur Gayo rencananya akan dibangun graffiti bertulisan Gayo Laugh Land oleh Dinas Pariwisata Aceh Tengah, pada tahun ini. Hingga berita ini diturunkan, api masi berkobar di kawasan pengunungan Bur Gayo. (ron)

Sumber rakyataceh.com

Senin, 08 Agustus 2011

Aceh Cocok Dibangun Pabrik Susu

WEDNESDAY, 06 JULY 2011 10:24

TAKENGON - Pengembangan sektor peternakan sapi perah sebagai salah satu bahan baku susu dan layak dibangun pabrik di kawasan Kabupaten Aceh Tengah. Karena daerah tersebut memiliki potensi cukup besar di sekto peternakan.

"Aceh Tengah cocok untuk ditingkatkan pengembangan sektor peternakan sapi perah," kata Wakil Gubernur Aceh, Muhammad Nazar, tadi pagi, seraya menambahkan, berbagai potensi harus dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh pemerintah setempat.

Sehingga, katanya, upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat dapat terwujud. Pemerintah Aceh telah mengajukan Aceh Tengah sebagai salah satu daerah yang akan dibangun industri melalui program Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Pihaknya juga mengusulkan adanya pabrik gula sebagai upaya menampung seluruh tebu masyarakat yang tersebar di kabupaten dataran Gayo tersebut. "Kami telah mengusulkan dua pabrik di Aceh Tengah sehingga memiliki nilai tambah terhadap hasil produksi yang dihasilkan petani di masa mendatang," katanya.

Provinsi Aceh merupakan salah satu daerah yang masuk koridor Sumatera dalam program pembangunan ekonomi Indonesia hingga 2025 menuju negara maju. "Kami optimistis dengan adanya berbagai industri pengolahan di Aceh akan mampu meningkatkan nilai tambah dan menyejahterakan petani," ujarnya.

Sumber Waspada.co.id