Kamis, 21 April 2011

Lintas Beutong-Takengon Putus 10 Jam

19 Titik Longsor di Kecamatan Celala
Sun, Mar 13th 2011, 08:36


Satu unit alat berat dikerahkan untuk memindahkan tanah yang menimbun ruas jalan Takengon menuju Kecamatan Celala, Kabupaten Aceh Tengah, Sabtu (12/3). Ruas jalan itu sempat terputus selama 10 jam karena tertimbun tanah longsor sepanjang 40 meter yang terjadi Jumat (12/3) malam sekitar pukul 21.00 WIB. SERAMBI/MAHYADI

TAKENGON - Hujan deras yang melanda Kabupaten Aceh Tengah sejak sepekan terakhir selain telah menyebabkan banjir luapan di sejumlah lokasi, juga menimbulkan 19 tiotik longsor di lintasan jalan provinsi Beutong Ateuh -Takengon via Kampung Kuyun, Kecamatan Celala, Aceh Tengah. Bahkan, longsor yang terjadi, Jumat (11/3) malam di Kampung Kuyun Uken, menyebabkan akses jalan tersebut sempat terputus selama 10 jam lebih.

Ruas jalan Takengon-Kecamatan Celala via Kuyun, merupakan jalur menuju Beutong Ateuh, Kabupaten Nagan Raya. Jalan yang beberapa bulan lalu baru dilakukan pelebaran tersebut, kembali mengalami kerusakan lantaran banyaknya titik longsoran di sepanjang jalan itu selama memasuki musim hujan.

Akibatnya, kondisi ruas badan jalan mulai mengecil karena banyaknya tumpukan tanah yang jatuh ke ruas jalan. Dan sebagian badan jalan mulai mengalami kerusakan karena banyaknya terdapat lubang yang menganga di tengah lantaran tergerus air hujan.

Sementara itu sebagian besar timbunan tanah yang menutupi sebagian ruas jalan Takengon-Celala, sebanyak belasan titik hingga saat ini belum dilakukan pengerukan. Hanya di lokasi longsoran yang terjadi malam kemarin di Kampung Kuyun Uken. Sedangkan belasan titik longsoran di sepanjang ruas jalan Takengon-Celala via Kuyun masih dibiarkan bertumpuk di tengah badan jalan.

Menurut warga setempat yang ditanyai Serambi, tanah longsor yang terjadi di daerah Kampung Kuyun Uken, Kecamatan Celala, yang terjadi Jumat (11/3) malam, sempat memutuskan akses menuju Kecamatan Celala maupun ke arah Kota Takengon. Tanah longsor menutup ruas jalan sepanjang 40 meter di Kampung Kuyun, baru bisa dilalui setelah satu unit alat berat diturunkan untuk melakukan pengerukan tanah.

“Semalam sama sekali nggak bisa lewat kendaraan karena tumpukan tanahnya cukup tinggi menutup badan jalan,” kata warga Kuyun Uken.

Kondisi longsoran yang terjadi di Kampung Kuyun Uken terbilang cukup parah karena areal kebun kopi milik warga ikut terbawa longsoran sehingga dipastikan ratusan batang kopi rusak terbawa longsoran. Selain itu, kondisi tanah longsor hanya berjarak sekitar 20 meter dari perumahan warga.

“Sampai dengan saat ini kondisinya tidak ada warga yang diusingkan. Tetapi kalau kondisi cuaca terus menerus diguyur hujan dan jika kondisinya semakin parah dimungkinkan warga yang tinggal di dekat tanah longsor akan diungsikan,” kata Camat Celala, Drs Mursalin.

Alat berat yang bekerja memindahkan tanah yang menimbun ruas jalan di Kampung Uken, dibantu beberapa unit dumptruck untuk mengangkut tanah. Alat berat yang melakukan pemindahan tumpukan tanah selain dijaga oleh sejumlah personel dari Polsek Celala, juga dikawal oleh Camat Celala Drs Mursalin, Kepala Dinas PU, Drs Taufik MM serta salah seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Aceh Tengah, Bardan Sahidi.

Ruas jalan Pepalang-Kuyun ini adalah lintasan setrategis, yang menghubungkan Kecamatan Pegasing dan Kecamatan Celala merupakan jalan alternatif yang menghubungkan Kabupaten Aceh Tengah dengan Kabupaten Nagan Raya. Selama musim penghujan ini daerah tersebut merupakan salah satu kawasan rawan longsor.

“Untuk itu saya minta kepada pemerintah daerah agar lebih sigap dan meningkatkan kewapadaan dini, untuk daerah rawan bencana banjir dan tanah longsor, sehingga tidak berdampak buruk terhadap akses perhubungan dan ekonomi rakyat,” sebut Bardan Sahidi politisi PKS itu.(min/c35)

Sumber : Serambinews.com

Rabu, 20 April 2011

Toweran Diterjang Banjir Luapan

Fri, Mar 11th 2011, 10:24


Seorang warga memperhatikan air yang meluap hingga merendam salah satu meunasah di Kampung Toweren Musara, Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah Rabu (9/3) malam sekitar pukul 21.00 WIB. Akibat kejadian itu sekitar sepuluh rumah terendam banjir bandang dan enam Kepala Keluarga sempat diungsikan.SERAMBI/MAHYADI

TAKENGON - Wilayah dataran tinggi Gayo, tepatnya kawasan Toweran, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah disapu banjir akibat meluapnya beberapa aliran sungai di kawasan itu. Musibah itu memunculkan panik massal, dan menurut data setidaknya ada sembilan rumah di Toweran Musara dan Toweran Uken yang terendam.

Banjir luapan itu diakibatkan hujan deras sepanjang Rabu (9/3) petang disusul banjir yang menerjang secara tiba-tiba sekitar pukul 21.00 WIB. Ada enam kepala keluarga sempat diungsikan.

Selain merendam rumah, areal persawahan ikut tersapu menyebabkan tanaman pertanian masyarakat rusak. Dua rumah ibadah dan satu pabrik penggilingan padi juga terkena imbasnya. Bahkan ruas jalan Takengon-Bintang sempat tergenang.

Menjelang tengah malam air muluai surut bersamaan dengan meredanya hujan. Namun hingga kemarin masyarakat masih was-was karena banjir susulan bisa saja terjadi sewaktu-waktu karena hujan yang masih lebat di pegunungan.

Kepala Kampung Toweren Musara, Akmal didampingi sekdes-nya kepada Serambi mengatakan, sebanyak sembilan rumah dengan jumlah 12 KK terendam banjir dan sekitar enam KK di antaranya terpaksa di ungsikan ke gedung PAUD di Kampung Toweren Uken. “Ini musibah rutin setiap kali hujan lebat,” kata Akmal.

Menurut Akmal, kawasan itu rawan banjir karena sungai yang melintasi Toweran Musara dan Toweran Uken belum dibangun tanggul pengaman. Camat Lut Tawar, Subhandy, mengatakan, hingga kemarin tidak ditemukan kerusakan parah akibat banjir luapan itu. Pemkab Aceh Tengah telah menyalurkan bantuan masa panik. Para korban yang sempat mengungsi sudah kembali dan membersihkan rumah yang sempat terendam sambil mengumpulkan barang-barang yang terpaksa dipindahkan ke tempat aman.

Menurutnya, penanggulangan bencana serupa adalah pembangunan pembangunan tanggul sungai namun sebelum langkah itu direalisasikan masyarakat diimbau bergotong-royong membersihkan aliran sungai agar aliran air menjadi lancar.(c35)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 18 April 2011

Anggota DPRK Aceh Tengah : Pembangunan belum Sentuh Kebutuhan Dasar Rakyat

Thu, Mar 10th 2011, 08:10

TAKENGON - Sepanjang satu dasawarsa terakhir, pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah dinilai belum menyentuh pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat. Pembangunan yang dijalankan pemerintah lebih berorientasi pada tata kelola administrasi, pencitraan pemerintah, peningkatan sarana infrastruktur, dan bantuan sosial yang bersifat instan (sementara), sehingga tidak berdampak pada peningkatan kualitas hidup dan upaya pemandirian masyarakat baik secara ekonomi maupun sosial lainnya.

Di samping itu, belum tertata dengan baik koordinasi antar Satuan Kerja Perangkat Kabupaten (SKPK) Aceh Tengah antara satu program dengan program lainnya. Akibatnya, visi dan misi Kabupaten Aceh Tengah tidak tercapai. Sementara pembangunan yang menyentuh kebutuhan dasar seperti ketersediaan makan, minum, pendidikan, layanan kesehatan dan sanitasi lingkungan, rasa aman, peningkatan penghasilan kelurga dan keberlangsungan hidup keluarga belum terpenuhi.

Hal itu dikatakan Anggota DPRK Aceh Tengah, Bardan Sahidi, saat pelaksanaan kegiatan Penyusunan Rencana Tindak Lanjut Hasil Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) tingkat Kampung dan Kecamatan dalam Forum SKPK Aceh Tengah, Rabu (9/3) di Oproom Setdakab Aceh Tengah.

Dikatakannya, sebagai tolok ukur rendahnya kualitas hidup rakyat di Kabupaten Aceh Tengah, masih banyak ditemukan penderita gizi buruk, penyakit hidrocepallus, malaria, Deman Berdarah Dengue (DBD), tingginya angka kematian ibu dan bayi serta penyakit-penyakit akibat minimnya asupan gizi masyarakat.

Selain itu, kata Bardan Sahidi, sebaran tenaga pendidik masih menumpuk di seputaran Kota Takengon, ketersediaan air bersih dan sanitasi lingkungan masih di bawah standar, tingginya angka kesakitan akibat lingkungan yang tidak sehat serta membludaknya permintaan bantuan sosial perorangan dan kelompok kepada Pemkab Aceh Tengah. Gejala ini merupakan bukti lemahnya upaya peningkatan pendapatan warga serta lemahnya kualitas hidup secara keseluruhan masyarakat dataran tinggi Gayo.

Dalam Forum SKPK Aceh Tengah ini, katanya, menjadi momentum strategis untuk merumuskan program kerja yang akan dibiayai APBK Aceh Tengah untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Gayo secara bermartabat dengan penyusunan anggaran yang menyentuh kehidupan masyarakat luas.

“Melalui Forum SKPK ini diharapkan mampu merumuskan kebijakan anggaran untuk pemenuhan kebutuhan dasar yang lebih menyentuh hajat hidup masyarakat daerah penghasil kopi itu,” ujar Bardan.

Usai Forum SKPK Aceh Tengah yang berlangsung sehari itu dilanjutkan dengan Musrenbang tingkat Kabupaten Aceh Tengah, Selasa (15/3) di Gedung DPRK Aceh Tengah.(min)

Sumber : Serambinews.com

Jumat, 15 April 2011

Produksi Kopi Gayo Merosot Tajam

* Harga Jual Capai Level Tertinggi
Sun, Mar 6th 2011, 09:02

TAKENGON - Produksi kopi gayo (arabika) di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah beberapa tahun terakhir ini dilaporkan merosot tajam. Beruntung di tengah kondisi tersebut, petani masih sedikit tertolong oleh naiknya harga jual yang saat ini sedang berada di level tertingginya.

Petani kopi di Takengon, Andi, mengungkapkan, penyusutan produksi kopi yang terjadi cukup besar, mencapai 50 persen dari rata-rata produksi. Biasanya, rata-rata produksi biji kopi yang dicapai per hektarenya mencapai 300 sampai 500 kilogram. “Namun sekarang ini, jangankan mencapai 300 kilogram, setengah dari hasil itu saja sulit didapat,” katanya kepada Serambi, Sabtu (5/3).

Dia tidak mengetahui persis penyebab penurunan produksi tersebut. Namun ada beberapa versi yang diperoleh Serambi, di antaranya karena faktor umur tanaman yang sudah tua, serangan hama, serta faktor dampak dari pemanasan global.

“Penurunan produksi kopi ini terjadi tidak hanya di Aceh Tengah dan Bener Meriah, tetapi juga di negara-negara penghasil kopi lainnya. Penyebabnya pemanasan global (global warming),” kata pedagang pengumpul biji kopi di Paya Tumpi, Kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah, Abd Kahar.

Informasi lain, susutnya produksi kopi terjadi karena serangan hama jamur akar dua tahun terakhir. Salah seorang petani, Irwanto AB, mengaku bahwa sebagian tanaman kopi miliknya mati akibat terserang hama tersebut.

Menurut petani lainnya di kawasan Paya Tumpi, Marzuki, hama jamur akar itu menyerang tanaman kopi non organik dengan penggunaan pupuk pestisida. Sebagian tanaman kopi miliknya yang tidak menggunakan pestisida masih aman dari serangan hama tersebut.

Perlu penelitian
Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Kabupaten Bener Meriah, Ir Darusallam, belum berani memastikan adanya keterkaitan antara pemanasan global tersebut dengan susutnya produksi kopi.

Penurunan yang terjadi selama ini menurut dia karena beberapa sebab, salah satunya perubahan pola tanam dari non organik menjadi organik, serta karena umur sebagian tanaman yang sudah tua dan perlu peremajaan. Darussalam menyebutkan, sebagian besar tanaman kopi berusia di atas 25 tahun sehingga produksinya menjadi kurang maksimal.

“Memang faktor cuaca juga mempengaruhi produksi kopi. Tetapi saya belum berani menjawab ini terkait dengan global warming (pemanasan global) karena untuk membuktikan hal itu perlu penelitian secara khusus,” katanya.

Level tertinggi
Beruntung di tengah penurunan produksi tersebut, harga kopi justeru sedang naik-naiknya, dan telah berada di level tertinggi sepanjang beberapa tahun terakhir. Untuk kopi gelondongan misalnya, harga jual mencapai Rp 100.000 hingga Rp 110.000 per kaleng.

Sedangkan untuk kopi gabah harganya berkisar antara Rp 26.000 hingga Rp 28.000/kilogram, dan kopi hijau (green coffe) dengan kadar air 14 persen dibenderol Rp 56.000 hingga Rp 58.000 per kilogram.

Kenaikan harga biji kopi tersebut terjadi sejak Oktober 2010 kemarin dan berlangsung secara bertahap. Petani, Andi mengatakan, harga saat ini merupakan yang tertinggi yang pernah terjadi.

“Selama empat bulan terakhir harga jual kopi terus meningkat, namun justru hasil produksi yang semakin menurun,” tambah pedagang pengumpul, Abd Kahar.(c35/ant)

Sumber : Serambinews.com

Hutan Takengon Kembali Terbakar

Sun, Mar 6th 2011, 08:52


Kebakaran Hutan
Seorang petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkan api yang sedang membakar ilalang di kawasan hutan pinus Bur Gayo, Kampung Bale Bujang, Kecamatan Lut Tawar, Aceh Tengah Sabtu (5/3). Setiap memasuki musim kemarau, kawasan hutan di seputaran Danau Laut Tawar, sering terbakar.SERAMBI/MAHYADI

TAKENGON - Seperti setiap musim kemarau, kebakaran hutan di sekitar Danau Laut Tawar, kembali terjadi. Sabtu (5/3) pagi, sekitar pukul 10.30 WIB, api melahap kawasan hutan damar di daerah Gunung Gayo, Kampung Bale Bujang, Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah.

Beruntung, sejumlah petugas Polisi Hutan (Polhut) dibantu petugas pemadam kebakaran dengan cepat terjun ke lokasi kejadian sehingga api berhasil dipadamkan namun sempat melahap sebagian ilalang yang ada di kawasan hutan pinus itu.

Namun, pada kebakaran hutan ini justru petugas upas api (relawan pemadam api) yang seharusnya menjaga kawasan itu dari kebakaran hutan, tidak terlihat membantu melakukan pemadaman api yang telah melahap ilalang di seputaran hutan pinus.

Untuk memadamkan api, salah seorang petugas dari Polhut, yang datang lebih dulu ke lokasi kebakaran, langsung mengambil tindakan berupaya untuk memadamkan api menggunakan peralatan ranting kayu sehingga api tidak sempat merembet lebih luas. Sekitar 10 menit kemudian, satu unit armada pemadam kebakaran dikerahkan untuk memadamkan api yang telah membakar hutan di Gunung Gayo, membantu personel Polhut yang duluan tiba di lokasi.

“Seharusnya petugas upas api yang menjaga kawasan hutan di daerah ini harus segera bertindak jika terjadi kebakaran hutan. Tetapi sampai api padam, tak seorangpun petugas upas api nampak batang hidungnya membantu memadamkan api. Apalagi ini kan musim kemarau paling tidak mereka harus memantau jika ada terlihat titik-titik api,” keluh salah seorang warga yang ditemui Serambi di lokasi kejadian Sabtu (5/3).

Menurut warga yang enggan namanya disebutkan ini, petugas upas api yang telah dipercaya untuk menjaga kawasan hutan di daerah itu, seharusnya lebih sering melakukan pemantauan jika muncul beberapa titik api di wilayah tugas mereka masing-masing, sehingga antisifasi kebakaran hutan bisa lebih maksimal dilakukan.

“Petugas upas api ini masih lamban. Padahal mereka diberi tulah dalam menjalankan tugas. Selain itu juga pemerintah seharusnya tidak bosan menghimbau masyarakat agar tidak membakar ilalang di kawasan hutan lindung ini,” ungkapnya.

Amatan Serambi, sejumlah petugas Polhut yang mencoba melakukan pemadaman api yang membakar kawasan hutan itu, tidak dilengkapi dengan peralatan semestinya namun hanya mengandalkan ranting kayu untuk memadamkan api. Bahkan sebagian dari mereka hanya mengunakan sandal menapaki untuk memadamkan api yang sedang berkobar membakar ilalang.

“Beberapa hari lalu, ada rekan kami yang cedera karena terinjak tunggul kayu yang baru terbakar. Perlengkapan kami untuk memadamkan api hanya bermodalkan ranting kayu saja,” tutur Kurniawan, salah seorang personel Polhut.

Sementara itu, Kepala Dinas Perkebunan dan Kehutanan (Disbunhut) Aceh Tengah, Ir Syahrial yang dihubungi Serambi, Sabtu (5/3) melalui telepon selulernya untuk menanyakan upaya yang akan dilakukan dinas tersebut dalam mengantisipasi terjadinya kebakaran hutan seperti tahun-tahun sebelumnya, tidak mendapat jawaban.(c35)

Sumber : Serambinews.com

Senin, 11 April 2011

Anggota DPRK Aceh Tengah : Musrenbang bukan Sekadar Formalitas

Thu, Mar 3rd 2011, 08:43

TAKENGON - Anggota DPRK Aceh Tengah, Bardan Sahidi menyatakan, Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) bukan sekadar formalitas atau hanya sebatas rutinitas tahunan Pemerintah Kabupaten (Pemkab).

Hal itu ia katakan, sehubungan kegiatan Musrenbang se-Kabupaten Aceh Tengah, yang dilaksanakan serentak di 14 kecamatan, guna menyusun dokumen perencanaan pembangunan di tahun anggaran 2012 mendatang. Pelaksanaan Musrenbang yang dilaksanakan di masing-masing kantor camat yang berakhir Selasa (1/3), di Kantor Camat Kecamatan Pegasing.

Bardan Sahidi mengatakan, proses perencanaan pembangunan haruslah dimulai dari masyarakat bawah, tingkat kampung, kecamatan hingga kabupaten. Dengan melibatkan partisipasi masyarakat termasuk perempuan, yang tergabung dalam delegasi kampung.

“Banyak keluhan yang disampaikan oleh masyarakat kepada kami anggota DPRK, bahwa usulan kegiatan pembangunan dalam dokumen perencanaan tidak terealisasi. Bahkan ada yang mengusul bertahun-tahun tak kunjung dikerjakan,” kata anggota dewan dari PKS ini.

Menurutnya, usulan yang belum terealisasi itu akan menjadi prioritas serta advokasi kepada Pemkab Aceh Tengah, untuk segera diselesaikan dan dewan juga akan mempertanyakan kepada SKPK terkait, tentang kendala dan penghambat sehingga tidak dikerjakan secara tepat waktu.

“Seluruh hasil Musrenbang kecamatan, akan menjadi prioritas kerja dan perhatian utama dalam proses penyusunan anggaran tahun 2012 mendatang, sehingga tidak ada usulan pembangunan yang loncat pagar selain dari usulan musrenbang,” ungkapnya.(c35)

Sumber : Serambnews.com