Senin, 27 Juni 2011

Kondisi DAS Peusangan Kritis

Fri, May 6th 2011, 09:18

TAKENGON - Daerah Aliran Sungai (DAS) Peusangan, yang saat ini dimanfaatkan oleh lima kabupaten di Aceh, kondisinya mulai mengkhawatirkan. Hal itu disebabkan karena kondisi debit air sungai Peusangan masuk kategori kritis. Hal itu disampaikan oleh Communication Officer WWF Aceh, Chik Rini, dalam diskusi tentang Penyelamatan Danau Laut Tawar yang digelar, Kamis (5/5) di Wapres Café Kota Takengon.

Menurut Chik Rini, aliran DAS Peusangan merupakan sumber air untuk satu juta orang di Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireuen, Lhokseumawe dan Kabupaten Aceh Utara. “Secara nasional, kondisi DAS Peusangan dikategorikan warning satu (sangat kritis) sehingga sangat perlu untuk kembali dilestarikan. Kalau tidak segera dilakukan, katanya, dalam 10 tahun ke depan, kondisinya akan lebih parah lagi,” kata Chik Rini.

Bila kondisi kritis DAS Peusangan, tidak segera diperhatikan secara serius oleh beberapa kabupaten yang memanfaatkan aliran sungai tersebut, akan mengancam sumber air bersih bagi jutaan orang. Sumber air dari DAS Peusangan, dimanfaatkan warga di kawasan hilir, selain untuk kebutuhan air juga sebagai sumber air yang mengairi areal persawahan masyarakat di beberapa kabupaten. “Sepanjang DAS Peusangan, dialiri sekitar 107 anak sungai, termasuk sumbernya dari Danau Laut Tawar. Dan kondisinya sebagian besar mulai rusak sehingga perlu dikelola bersama,” ungkap Comunication Officer WWF Aceh.

Dalam diskusi penyelamatan Danau Laut Tawar, yang digagas oleh Komunitas Cita Gayo itu, dihadiri oleh Anggota DPD-RI, Ir Mursyid, Sekjen Forum Penyelamatan Danau Laut Tawar (FPDLT) Subhandy AP MSi. Selain membahas tentang persoalan DAS Peusangan, diskusi itu juga mengemuka tentang kondisi kawasan tangkapan air di seputaran Sungai Peusangan dan persoalan tentang mulai berdirinya bangunan di pinggir Danau Laut Tawar, yang dinilai telah menganggu keindahan Danau Laut Tawar.

Anggota DPD-RI asal Aceh, Ir Mursyid mengatakan, keberadaan DAS Peusangan lebih dimanfaatkan oleh warga yang tinggal di kabupaten hilir, seperti di Kabupaten Bireuen, Aceh Utara serta Kota Lhokseumawe. Sementara masyarakat di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, tidak banyak memanfaatkan aliran sungai itu. “Ada beberapa proyek vital di daerah hilir yang juga memanfaatkan aliran DAS Peusangan, namun hingga saat ini tidak ada kontribusinya untuk daerah hulu aliran Peusangan itu,” kata Mursyid.(c35/min)

Sumber : Serambinews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar